RUANG GURU

<a href="http://www.onlinecasino.us/">http://www.onlinecasino.us/</a>



                                 
     Artikel 
                      Kematian Tuhan dan Kepercayaan pada Sains


 by: Ino Suhartono

Hemat kami,  Anda tidak akan terkejut ketika membaca judul artikel ini, apalagi topik  yang akan kami bahas kali ini cukup “tajam”.


               Meskipun membahas Kepercayaan pada Sains dan Kematian Tuhan, tapi yang dibahas adalah pendapat dari filsuf asal Jerman, Nietzsche, yang menjadi pembahasan di kuliah-kuliah umum yang diadakan di Sekolah Tinggi Filsafat di seluruh dunia.

                Secara garis besar, pembicaraan kali ini membahas tentang pendapat Nietzsche yang merasa kebutuhan akan pegangan yang dimiliki oleh manusia hanyalah semu. Selain itu kebutuhan akan pegangan dalam dunia sains juga mengakibatkan kebutuhan kehendak absolut pada kebenaran yang menjadi manifestasi yang berujung pada ajaran-ajaran yang mengakibatkan fanatisme. Padahal menurut Nietzsche, sikap penghendakan yang mati-matian (fanatik) justru memiliki selubung yang mengerikan, yaitu kehendak akan kematian dan kehendak memusuhi kehidupan.

                Cukup tajam memang, tapi ini belum seberapa. Pembicara dalam kuliah umum Tentang Nietzsche, A Setyo Wibowo, juga menjelaskan tentang pendapat Nietzsche tentang fenomena atheisme yang sudah terjadi sejak dahulu kala, sebelum dirinya lahir. Selain itu mengapa Nietzsche berani mengungkapkan Kematian Tuhan, karena sebenarnya pemikiran-pemikiran ini sudah ada sebelumnya, dan juga karena kaum-kaum yang memiliki kebutuhan absolut pada kebenaran. Akhirnya, kita (manusia-manusia) sendirilah yang membunuh Tuhan.

                 Pendapat diatas memang sangat mengagetkan, tapi kembali lagi ini adalah pemikiran dari seorang Nietzsche. Masalah pro dan kontra mengenai pendapat dan pemikiran Nietzsche juga dibahas secara lengkap di kuliah umum kali ini. Dan bagi kami, dibalik pro atau kontra akan pemikiran Nietzsche, ini adalah sebuah ilmu yang menarik untuk dipelajari. Toh, ilmu dan pendidikan tak harus selalu didapat dari sekolah/tempat pendidikian formal saja bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar