Selasa, 18 November 2014

Sosiolinguistik


                                                                   KERANGKA TEORI


A. SOSIOLINGUISTIK

A.1 Pengertian Sosiolinguistik

Sosiolinguistik bersasal dari kata “sosio” dan “ linguistic”. Sosio sama

dengan kata sosial yaitu berhubungan dengan masyarakat. Linguistik adalah ilmu

yang mempelajari dan membicarakan bahasa khususnya unsur- unsur bahasa dan

antara unsur- unsur itu.Jadi, sosiolinguistik adalah kajian yang menyusun teori-

teori tentang hubungan masyarakat dengan bahasa. Berdasarkan pengertian

sebelumnya, sosiolinguistik juga mempelajari dan membahas aspek –aspek

kemasyarakatan bahasa khususnya perbedaan- perbedaan yang terdapat dalam

bahasa yang berkaitan dengan faktor- faktor kemasyarakatan ( Nababan 1993:2).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik

tidak hanya mempelajari tentang bahasa tetapi juga mempelajari tentang aspek-

aspek bahasa yang digunakan oleh masyarakat.

Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dengan

linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan erat. Sosiologi

merupakan kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam

masyarakat, lembaga- lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat.

Sosiologi berusaha mengetahui bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung,

dan tetap ada. Dengan mempelajari lembaga- lembaga, proses social dan segala

masalah social di dalam masyarakat, akan diketahui cara- cara manusia






6



7



menyesuaikan diri dengan lingkungannya, bagaimana mereka bersosialisasi, dan

menempatkan diri dalam tempatnya masing- masing di dalam masyarakat.

Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari tentang bahasa, atau

ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisipliner yang

mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu dalam

masyarakat (Chaer dan Agustina 2003: 2). Dari uraian diatas dapat disimpulkan

bahwa sosiolinguistik adalah antardisipliner yang mempelajari bahasa dalam

kaitannya dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan tersebut.

Selain sosiolinguistik ada juga digunakan istilah sosiologi bahasa. Banyak

yang menganggap kedua istilah itu sama, tetapi ada pula yang menganggapnya

berbeda. Ada yang mengatakan digunakannya istilah sosiolinguistik karena

penelitiannya dimasukii dari bidang linguistik, sedangkan sosiologi bahasa

digunakan kalau penelitian itu dimasuki dari bidang sosiologi.

Fishman (dalam Chaer 2003: 5) mengatakan kajian sosiolinguistik lebih

bersifat kualitatif.Jadi sosiolinguistik berhubungan dengan perincian- perincian

penggunaan bahasa yang sebenarnya, seperti deskripsi pola-pola pemakaian

bahasa atau dialek tertentu yang dilakukan penutur, topic, latar pembicaraan.

Sosiolinguistik memandang bahasa pertama-tama sebagai sistem sosial dan sistem

komunikasi serta bagian dari masyarakat dan kebudayaan tertentu.Sedangkan

yang dimaksud dengan pemakaian bahasa adalah bentuk interaksi sosial yang


terjadi dalam situasi konkrit. Berdasarkan beberapa


uraian diatas dapat



8



disimpulkan bahwa sosiolinguistik berarti mempelajari tentang bahasa yang

digunakan dalam daerah tertentu atau dialek tertentu.

Ditinjau dari nama, sosiolingustik menyangkut sosiologi dan linguistik,

karena itu sosiolinguistik mempunyai kaitan yang sangat erat dengan kedua kajian

tersebut. Sosio adalah masyarakat, dan linguistik adalah kajian bahasa.Jadi kajian

sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi

kemasyarakatan (Sumarsono 2004:1). Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa sosiolinguistik berarti ilmu yang mempelajari tentang bahasa

yang dikaitkan dengan kondisi masyarakat tertentu.

Sosiolinguistik cenderung memfokuskan diri pada kelompok sosial serta

variabel linguistik yang digunakan dalam kelompok itu sambil berusaha

mengkorelasikan variabel tersebut dengan unit- unit demografik tradisional pada


ilmu-ilmu


sosial,


yaitu


umur,


jenis


kelamin,


kelas


sosio-


ekonomi,


pengelompokan regioanal, status dan lain- lain. Bahkan pada akhir-akhir ini juga

diusahakan korelasi antara bentuk-bentuk linguistik dan fungsi- fungsi sosial

dalam interaksi intra-kelompok untuk tingkat mikronya, serta korelasi antara

pemilihan bahasa dan fungsi sosialnya dalam skala besar untuk tingkat makronya

(Ibrahim, 1995:4). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik

adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa yang memfokuskan diri pada

kelompok sosial serta variabel linguistik.

Alwasilah (1993:3-5) menjelaskan bahwa secara garis besar yang

diselidiki oleh sosiolingustik ada lima yaitu macam-macam kebiasaan

(convention) dalam mengorganisasi ujaran dengan berorientasi pada tujuan-



9



tujuan social studi bagaimana norma- norma dan nilai- nilai sosial mempengaruhi

perilaku linguistik. Variasi dan aneka ragam dihubungkan dengan kerangka sosial

dari para penuturnya, pemanfaatan sumber-sumber linguistik secara politis dan

aspek- aspek sosial secara bilingualisme.

Sosiolinguistik menyoroti keseluruhan masalah yang berhubungan dengan

organisasi sosial perilaku bahasa, tidak hanya mencakup perilaku bahasa saja,

melainkan juga sikap-sikap bahasa, perilaku terhadap bahasa dan pemakaian

bahasa.Dalam sosiolingustik ada kemungkinan orang memulai dari masalah

kemasyarakatan kemudian mengaitkan dengan bahasa, tetapi bisa juga berlaku

sebaliknya mulai dari bahasa kemudian mengaitkan dengan gejala-gejala

kemasyarakatan.

Sosiolinguistik dapat mengacu pada pemakian data kebahasaan dan

menganalisis kedalam ilmu-ilmu lain yang menyangkut kehidupan sosial, dan

sebaliknya mengacu kepada data kemasyarakatan dan menganalisis ke dalam

linguistik. Misalnya orang bisa melihat dulu adanya dua ragam bahasa yang

berbeda dalam satu bahasa kemudian mengaitkan dengan gejala sosial seperti

perbedaan jenis kelamin sehingga bisa disimpulkan, misalnya ragam (A)

didukung oleh wanita ragam (B) didikung oleh pria dalam masyarakat itu. Atau

sebaliknya, orang bisa memulai dengan memilah masyarakat berdasarkan jenis

kelamin menjadi pria- wanita, kemudian menganalisis bahasa atau tutur yang bisa

dipakai wanita atau tutur yang bisa dipakai pria.

Trudgill (dalam Sumarsono 2004: 3) mengungkapkan sosiolinguistik

adalah bagian dari linguistik yang berkaitan dengan bahasa sebagai gejala sosial



10



dan gejala kebudayaan.Bahasa bukan hanya dianggap sebagai gejala sosial

melainkan juga gejala kebudayaan.Implikasinya adalah bahasa dikaitkan dengan

kebudayaan masih menjadi cakupan sosiolinguistik, dan ini dapat dimengerti

karena setiap masyarakat pasti memiliki kebudayaan tertentu.

Sebagai anggota masyarakat sosiolinguistik terikat oleh nilai-nilai budaya

masyarakat, termasuk nilai-nilai ketika dia menggunakan bahasa. Nilai selalu

terkait dengan apa yang baik dan apa yang tidak baik, dan ini diwujudkan dalam

kaidah- kaidah yang sebagian besar tidak tertulis tapi dipatuhi oleh warga

masyarakat. Apa pun warna batasan itu, sosiolinguistik itu meliputi tiga hal, yakni

bahasa, masyarakat, dan hubungan antara bahasadan masyarakat.

Berdasarkan batasan-batasan tentang sosiolinguistik di atas dapat

disimpulkan bahwa sosiolinguistik itu meliputi tiga hal, yakni bahasa, masyarakat,

dan hubungan antara bahasa dengan masyarakat. Sosiolinguistik membahas atau

mengkaji bahasa sehubungan dengan penutur ,bahasa sebagai anggota asyarakat.

Bagaimana bahasa itu digunakan untuk berkomunikasi antara anggota masyarakat

yang satu dengan yang lainnya untuk saling bertukar pendapat da berinteraksi

antara individu satu dengan lainnya.




A.2 Variasi Bahasa

Di dalam Linguistik, bahasa tidak hanya dipahami sebagai tanda saja tetapi

juga dipandang sebagai sistem sosial, sistem komunikasi, dan sebagai bagian dari

kebudayaan masyarakat tertentu. Oleh karena itu, dalam penelitian yang



11




berdasarkan




ancangan




sosiolinguistik




akan




memperhitungkan




bagaimana


pemakaiannya di dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial.

Maryono (2002: 18) membagi wujud variasi bahasa berupa idiolek, dialek,

tingkat tutur (speech levels), ragam bahasa dan register. Penjelasan kelima variasi

bahasa tersebut dapat dijelaskan seperti berikut :

1. Idiolek merupakan variasi bahasa yang sifatnya individual, maksudnya sifat

khas tuturan seseorang berbeda dengan tuturan orang lain.

Contoh : bahasa yang dapat dilihat melalui warna suara.

2. Dialek merupakan variasi bahasa yang dibedakan oleh perbedaan asal penutur

dan perbedaan kelas sosial penutur, oleh karena itu, muncul konsep dialek

geografis dan dialek sosial (sosiolek)

Contoh :enyongberarti saya yang digunakan di daerah tertentu yaitu daerah

banyumasan.

3. Tingkat tutur (speech levels) merupakan variasi bahasa yang disebabkan oleh

adanya perbedaan anggapan penutur tentang relasinya dengan mitra tutur.


Contoh


: kita memberikan sesuatu pada orang yang lebih tua


menggunakan bahasa yang berbeda dengan kita memberikan kepada teman

yang sebaya.

4. Ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang disebabkan oleh adanya

perbedaan dari sudut penutur, tempat, pokok turunan dan situasi. Dalam kaitan

dengan itu akhirnya dikenal adanya ragam bahasa resmi (formal) dan ragam

;bahasa tidak resmi (santai, akrab)



12



Contoh : formal “ingkang kula urmati” biasanya terdapat pada pembukaan

pidato.

Santai atau akrab :“nuwun yo” mengucapkan terimakasih pada teman sebaya

yang sudah akrab.

5. Register merupakan variasi bahasa yang disebabkan oleh adanya sifat-sifat

khas keperluan pemakainya, misalnya bahasa tulis terdapat bahasa iklan,

bahasa tunjuk, bahasa artikel, dan sebagainya, dalam bahasa lisan terdapat

bahasa lawak, bahasa politik, bahasa doa, bahasa pialang dan sebagainya.

Contoh :“ijuk” adalah tambang yang dipasang di dinding goa yang digunakan

untuk menyebrang.




A. Register

Konsep- konsep mengenai register yang digunakan sebagai acuan dalam

penyusunan skripsi diterangkan dibawah ini, pertama adalah pengertian register

dan yang kedua adalah bentuk register.Register merupakan ragam bahasa yang

dipergunakan untuk maksud tertentu, sebahagai kebalikan dari dialek sosial atau

regional ( yang bervariasi karena penuturnya) register ini dapat dibatasi menjadi

lebih sempit dengan acuan pada pokok ujaran, pada media atau pada tingkat

keformalan (Harman dan Stork dalam Alwasilah 1993 : 53).

Register menurut Halliday (1994 :54) merupakan konsep semantik yang

dapat didefinisikan sebagai suatu susunan makna yang dihubungkan secara

khusus dengan susunan tertentu dari medan, pelibat, dan sarana. Ungkapan



13



susunan makna register termasuk juga ungkapan dari ciri leksiko gramatis da

fonologis yang secara khusus menyertai atau menyatakan makna- makna.

Register merupakan ragam bahasa berdasarkan pemakaianya, yaitu bahasa

yang digunakan tergantung pada apa yang sedang dikerjakan dan sifat

kegiatannya. Register mencerminkan aspek lain dari tingkat sosial, yaitu proses

sosial yang merupakan proses macam- macam kegiatan sosial yang biasanya

melibatkan orang. Register merupakan bentuk makna khususnya dihubungkan

dengan konteks sosial tertentu, yang di dalamnya banyak kegiatan dan sedikit

percakapan, yang kadang- kadang sering disebut dengan bahasa tindakan.

Register dipahami sebagai konsep semantik yaitu sebagai susunan makna

yang dikaitkan secara khusus dengan susunan situasi tertentu. Konsep situasi

menurut Halliday mengacu pada tiga hal, yaitu (1) medan (field), (2) pelibat

(tenor), (3) sarana (mode). Medan mengacu pada hal yang sedang terjadi atau

pada saat tindakkan berlangsung, apa sesungguhnya yang sedang disebutkan oleh

para pelibat (bahasa termasuk sebagai unsur pokok tertentu). Pelibat menunjukan

pada orang yang turut mengambil bagian, sifat para pelibat, kedudukan dan peran

mereka.Sarana menunjuk pada peranan yang diambil bahasa dalam situasi

tertentu, seperti bersifat membunjuk, menjelaskan, mendidik, dan sebagainya.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa sosiolinguistik menjelaskan konsep register

secara lebih sempit, yakni mengacu pada pemakaian kosakata khusus yang

berkaitan dengan kelompok pekerjaan yang berbeda. Di samping itu register juga

merupakan variasi bahasa yang berbeda satu dengan lainnya karena kekhasan

penggunannya. Berdasarkan pada situasi pemakaiannya Chaer (1995 : 90)



14



menyatakan register merupakan variasi bahasa menurut pemakaiannya yang

digunakan oleh sekelompok orang atau masyarakat tertentu sesuai dengan profesi

dan perhatian yang sama.

Maryono (2002 :18) menyebutkan register merupakan variasi bahasa yang

disebabkan oleh adanya sifat- sifat khas keperluan pemakaianya, misalnya bahasa

tulis terdapat bahasa iklan, bahasa tunjuk, bahasa artikel, dan sebagainya, dalam

bahasa lisan terdapat bahasa lawak, bahasa politik, bahasa doa, bahasa pialang dan

sebagainya.Ferguson (dalam Purnanto 2002 :21) berpendapat register adalah

situasi komunikasi yang terjadi berulang secara teratur dalam suatu masyarakat

(yang berkenaan dengan partisipan, tempat, fungsi- fungsi komunikatif, dan

seterusnya) sepanjang waktu cenderung akan berkembang menandai struktur

bahasa dan pemakaian bahasa yang berbeda dengan pemakaian bahasa pada

situasi komunikasi yang lain.

Register sering dihubungkan dengan masalah dialek jika dialek berkenaan

dengan bahasa yang digunakan oleh siapa, di mana, dan kapan, maka register

berkenaan dengan bahasa itu dugunakan untuk kegiatan apa. Masyarakat di daerah

tertentu memiliki dialek yang berbeda dengan daerah lain. Meskipun demikian,

ada berbagai macam register yang muncul.Regiater tersebut disebabkan kegiatan

masyarakat yang bermacam-macam.

Alwasilah (1985:22) mengatakan bahwa penggunaan bahasa yang khas

dalam linguistik disebut linguistik. Adi Sumartono (1993:24) mengatakan bahwa

register merupakan perangkat makna pengguna bahasa dengan makna dan tujuan

yang relevan dengan fungsi, bahasa secara khusus. Fungsi tersebut meliputi kata-



15



kata, penggunaan istilah dan idiom-idiom, pilihan struktur, ragam lisan atau

tulisan-tulisan dan gaya wacana.

Pengertian register menurut wilkins (dalam pateda, 1990:60) bahwa

register adalah ragam pemakaian bahasa yang dihubungkan dengan pekerjaan

seseorang. Register dibedakan dalam jenis-jenis berikut:

1. oratorical atau frozen (baku)

yaitu register yang digunakan oleh pembicara yang profesional karena pola

dan kaidahnya sudah mantap, biasanya digunakan pada situasi yang khidmad,

seperti pada mantra, undang-undang, kitab suci, dan lain sebagainya.

2. deliberative atau formal

yaitu register yang digunkan pada situasi resmi sesuai dengan tujuan untuk

memperluas pembicaraan yang disengaja, misalnya pidato kenegaraan,

peminangan, dan sebagainya.

3. consultative atau usaha

yaitu register yang digunakan dalam transaksi kenegaraan , peminanagan, dan

sebagainya.

4. casual atau santai

yaitu register yang digunakan dalam situasi tidak resmi. Ragam ini banyak

menggunakan allegro, yaitu bentuk kata yang diperpendek.

5. intimate atau intim

yaitu register yang digunakan pada situasi antar anggota keluarga.

Halliday (1978 :25) mengemukakan bahwa register adalah bahasa yang

dipergunakan saat ini. Tergantung pada apa saja yang sedang dikerjakan. Selain



16



itu, sifat kegiatannya mencerminkan aspek lain dari tingkat social yang biasanya

melibatkan orang.

Dapat disimpulkan dari uraian tentang register diatas, register adalah

ragam bahasa menurut pemakaianya, yaitu bahasa yang digunakan tergantung

pada apa yang sedang dikerjakan dan sifat kegiatannya. Register mencerminkan

aspek lain dari tingkat sosial, yaitu proses sosial yang merupakan macam- macam

kegiatan sosial yang selalu melibatkan orang.




B. Bentuk Register

Register dibagi menjadi dua bentuk yaitu register selingkung terbatas dan

register selingkung terbuka. Register selingkung terbatas maknanya sedikit,

sifatnya terbatas jumlah kata dan maknanya terbatas sehingga beritanya terbatas

dan tertentu, register ini merupakan yang tidakk mempunyai tempat secara konkrit

dalam masyarakat maupun dalam tataran individu dan kreativitas, karena sudah

jarang dipakai.

Register selingkung terbuka mempunyai corak- corak makna yang

berhubungan dengan register, bahasa yang digunakan dalam register yang lebih

terbuka adalah bahasa tidak resmi atau percakapan spontan. Namun, register ini

tidak ada situasi maknanya ada tingkat tertentu tidak ditujukan secara langsung

selalu ada ciri yang dijelaskan ( Halliday 1994 : 53-55).




C. Fungsi Register



17



Halliday (dalam Nababan, 1985 :42) menyebutkan bahwa fungsi register

antara lain:

1. Fungsi instrumental

Yaitu bahasa yang berorientasi pada pendengar atau lawan tutur. Bahasa yang

digunakan untuk mengatur tingkah laku pendengar sehingga lawan tutur mau

menuruti atau mengikuti apa yang diharapkan penutur atau penulis. Hal ini

dapat dilakukan oleh penutur atau penulis dengan menggunakan ungkapan-

ungkapan yang menyatakan permintaan, himbauan, atau rayuan.

2. Fungsi interaksi

Yaitu fungsi bahasa yang berorientasi pada kontak antara pihak yang sedang

berkomunikasi. Register dalam hal ini berfungsi untuk menjalin dan

memelihara hubungan serta memperlihatkan perasaan bersahabat atau

solidaritas sosial. Ungkapan-ungkapan yang digunakan biasanya sudah

berpola tetap, seperti pada wktu berjumpa, berkenalan, menanyakan keadaan,

meminta pamit, dan lain sebagainya.


3.


Fungsi kepribadian atau personal


Yaitu fungsi bahasa yang berorientasi pada penutur.Bahasa digunakan untuk

menyatukan hal-hal yang bersifat pribadi.Dalam hal-hal yang berkaitan

dengan dirinya.

4. Fungsi pemecah masalah atau heuristik

Yaitu fungsi pemakaian bahasa yang terdapat dalam ungkapan yang meminta,


menurut,


atau


menyatakan


suatu


jawaban


terhadap


masalah


atau


persoalan.Bahasa yang digunakan biasanya sebagai alat untuk mempelajari



18



segala hal, menyelidiki realitas, mencari fakta, dan penjelasan.Ungkapan-

ungkapan yang digunakan dalam fungsi ini berupa suatu pertanyaan yang


menuntut


penjelasan


atau


penjabaran,


misalnya


“coba


terangkan!”,


“bagaimana proses kerja…?” dan sebagainya.

5. Fungsi hayal atau imajinasi

Yaitu fungsi pemakaian bahasa yang berorientasi pada amanat atau maksud

yang akan disampaikan. Bahasa dalam fungsi ini digunakan untuk

mengungkapkan dan menyampaikan pikiran atau gagasan dan perasaan

penutur atau penulis.

6. Fungsi informasi

Yaitu pemakaian bahasa yang berfungsi sebagai alat untuk memberi suatu

berita atau informasi supaya dapat diketahui orang lain.

Fungsi register para pengundhuh sarang burung lawet di Goa Karang

Bolong, kabupaten Kebumen ini diartikan sama dengan fungsi bahasa dalam

pandangan sosiolinguistik. Menurut Jakobson (dalam Soeparno, 2003:6-7) fungsi

bahasa antara lain:

1. Fungsi Emotif

Fungsi emotif adalah bahasa berfungsi sebagai pengungkap rasa gembira,

sedih, kesal dan lain sebagainya.Dimana sebagai tumpuannya adalah penutur

(addresser).Fungsi bahasa ini berhubungan dengan ungkapan perasaan dan emosi

dari penutur.

2. Fungsi Konatif



19



Fungsi konatif adalah fungsi bahasa dimana yang menjadi tumpuan adalah

lawan bicara (addresce).Fungsi bahasa ini berhubungan dengan aktivitas atau

kegiatan agar lawan bicara dapat melakukan apa yang diungkapkan oleh penutur.

3. Fungsi Referensial

Fungsi referensial adalah fungsi bahasa yang terjadi jika kita sedang

membicarakan topik tertentu dan yang menjadi tumpuan adalah konteks

(context).Fungsi bahasa ini terjadi ketika kita sedang membicarakan suatu

permasalahan dengan topik tertentu.

4. Fungsi Puitik

Fungsi puitik adalah fungsi yang terjadi jika kita menyampaikan suatu

amanat atau pesan tertentu dan yang menjadi tumpuannya adalah pesan

(massage).

5. Fungsi Fatik

Fungsi fatik adalah fungsi bahasa yang dilakukan jika seseorang bertujuan

hanya untuk bisa kontak langsung dengan orang lain dan yang menjadi tumpuan

adalah pembicaraan dalam kontak (contact).

6. Fungsi Metalingual

Fungsi metalingual adalah fungsi bahasa yang terjadi jika kita berbicara

masalah bahasa dengan menggunakan bahasa tertentu dan yang menjadi

tumpuannya adalah kode (code).Fungsi metalingual misalnya bahasa untuk

menjelaskan, mendefinisikan, atau menamai.



20



D. Kerangka Berpikir

Terjadinya variasi bahasa disebabkan karena kegiatan interaksi sosial

masyarakat yang sangat beragam.Variasi bahasa dibedakan menjadi empat macam

yaitu variasi dari segi penutur, variasi dari segi keformalan, variasi dari segi

sarana, dan variasi dari segi pemakaian.Variasi dari penutur terdiri atas idiolek,

dialek, sosiolek dan kronolek. Variasi dari segi keformalan terdiri atas lima

macam gaya yaitu gaya atau ragam beku (frozen), gaya atau resmi (formal), gaya

atau ragam usaha (consultatif), gaya atau ragam santai (casual) dan gaya atau

ragam akrab (intimat). Variasi dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam

ragam itu dapat disebut adanya ragam lisan dan ragam tulis, atau juga ragam

dalam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu, variasi bahasa

dari segi pemakaian atau fungsinya disebut fungsiolek atau ragam atau register.

Register merupakan variasi bahasa berdasarkan pemakaian tertentu yang

menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang tertentu. Dalam

suatu percakapan para pengunduh sarang burung lawet terdapat tuturan-tuturan

yang khas yang hanya dimengerti oleh sekelompok para pengunduh dalam

bercakap-cakap.

Fungsi register yang paling pokok adalah sebagai alat berkomunikasi.

Fungsi register dibagi menjadi enam yaitu, (1) fungsi emotif dipakai apabila kita

mengungkapkan rasa gembira, kesal, sedih, (2) fungsi konatif dipakai apabila kita

mengungkapkan perintah, saran dan permintaan, (3) fungsi permintaan atau

referensial, (4) fungsi fatik dipakai untuk menolak, (5) fungsi puitik.



21



E. Penelitian yang relevan

Penelitian Riza Ariyanti Mufidah (2006) berjudul “Register Percakapan

Penjual dan Pembeli Sepeda di pasar Limpung Kecamatan Limpung Kabupaten

Batang”. Penelitian ini membahas tentang bentuk dan fungsi register oleh penjual

dan pembeli sepeda di pasar Limpung Kecamatan Limpung Kabupaten Batang.

Hasil penelitian ini adalah ragam bahasa yang terdapat dalam percakapan para

penjual dan pembeli adalah menggunakan ragam santai dimana terdapat ciri

register gaya santai yaitu berciri elips, kata khusus, allegro, dan kalimat susun


balik


sedangkan fungsi registernya adalah fungsi emotif, konatif, fatik dan


referensial.

Penelitian Devi Listriyani (2009) berjudul “Register kuli gendhong di

pasar induk buah dan sayur Giwangan Yogyakarta” membahas tentang bentuk dan

fungsi register kuli gendhong di pasar induk buah dan sayur Giwangan

Yogyakarta. Hasil penelitian ini adalah menyampaikan bahwa para kuli gendhong

banyak menggunakan register gaya santai. Register tersebut mempunyai ciri-ciri

(1) register yang berwujud kosa kata khusus yang hanya dimengerti oleh

komunitas kuli gendhong, (2) register yang berwujud frase, (3) register dilihat dari

struktur kalimatnya dan (4) register yang berwujud allegro.

Hasil penelitian yang ditulis Riza Ariyati Mufidah dan Devi Listriyani

tersebut mempunyai banyak fungsi dan manfaat bagi peneliti.Penelitian tersebut

digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian. Penelitian yang ditulis Riza

Ariyati Mufidah dan Devi Listriyani sebagai pembanding dengan penelitian yang

sedang di teliti agar penelitian yang dihasilkan tidak sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar